PANJER KILING
Permainan Rakyat adalah berbagai permainan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan kelompok masyarakat yang bertujuan untuk menghibur diri. Contoh permainan rakyat antara lain permainan kelereng, congklak, gasing, dan gobak sodor.
Kiling atau dapat diartikan kitiran, titiran, atau baling – baling. kiling erat dengan cerita Buyut Cungking atau nenek moyang masyarakat cungking. dahulu semasa kecil Nuyut Cungking bermain kiling disawah, akan tetapi beliau dapat melakukan pekerjaan aneh yaitu menghalau burung dengan berjalan di pelepah padi. usia kiling dapat digolongkan permainan yang cukup lama di Banyuwangi. kenyataan ini dapat dilihat dari salah satu syair gandrung Banyuwangi yang berbunyi ” Emping – emping lare cilik manjer KILING yo mudhuno ditampik udenge miring….” ( Emping-emping, anak kecil memasang KILING. ya Turunlah ditolak, ikat kepalanya ,iring). Panjer Kiling berarti memasang kiling di (Panjeran) atau tempat untuk memasang kiling dengan ketinggian -+ 20 meter diatas permukaan tanah dan biasanya dipasang di pohon tepi sawah. Kiling dapat diartikan iling ( ingat ) kepada sang maha pencipta. Kiling juaga biasa disebut den-denan (menakut-nakuti) yang dapat diartikan bahwa Kiling dapat berfungsi untuk menakut-nakuti burung, yang memakan padi disawah.
Bagian – bagian kiling : 1. Lanangan ( ujung yang bengkok ) : adalah bagian kiri dari daun kiling yang bentuknya tipis dan lebih panjang dibandingkan dengan wadonan bagian kanan daun kiling. bagian 1/3nya agak bengkok ke belakang yang dapat menghasilkan suara. kiling lanang yang berbentuk bengkok dapat diartikan sebagai laki-laki sangat mudah tergoda oleh wanita. namun mempunyai peranan yang besar untuk menyelesaikan masalah dengan disimbolkan dapat menghasilkan suara. 2. Wadon ( ujung lurus ) : bagian kanan dari daun kiling yang bentuknya lebih pendek dari kiling lanangan. bentuk ini menyimbolkan seorang wanita mempunyai kemauan yang keras dan juga kesetiaan yang lebih kuat. selain itu wanita dianggap tidak memiliki hak untuk bersuara pada rumah tangga dan harus patuh terhadap suaminya. daun kiling wadonan tidak menhasilkan suara namun sebagai penyeimbang yang artinya perempuan menjadi penyeimbang atau penyelaras dalam kehidupan berkeluarga. 3. Teblok : menyeimbangkan antara daun Kiling sebelah kiri dan kanan. Falsafah perkawinan dalam Teblok adalah setiap suami dan istri sama-sama memiliki 3 ligkungan yaitu, pribadi, keluarga, dan masyarakat yang berbeda. ketiga lingkungan tersebut harus saling seimbang agar dalam keluarga berjalan harmonis. 4. Selut : bagian dari kiling yang terletak di bawah menutupi bagian kolokan. selut dapat diartikan dengan kata salut, saling mengagumi satu sama lain. sehingga falsafah didalamnya adalah suami istri harus saling mengagumi agar hubungan suami istri berjalan harmonis. serta selut dapat diartikan sebagai suami isti dapat menutupi aib masing-masing, jika diungkapkan akan menjadi kolokan ( yang memicu perceraian). dalam islam laki-laki adalah baju perempuan begitu pula perempuan adalah baju dari laki-laki. 5. Anakan Selut : bagian kiling di bagian atas yang membantu kolokan berputar. falsafah dari anakan selut adalah dalam perkawinan, suami istri perlu adanya musyawarah. jika tidak ada komunikasi perceraian akan terjadi. 6. Kolokan : terletak dibagian atas yang tetutup oleh selut. kolokan akan ikut berputar dan menjadi posos sehingga mudah pecah. kolokan diartikan sebagai kejelekan manusia yang sangat mudah dipengaruhi, gampang berputar dan dikuasai oleh angin. sehingga kolokan harus ditutup selut. kejelekan tersebut harus ditutupi oleh pasangan. 7. Suh / Tali : terbuat dari sayatan rotan. berfungsi sebagai pengikat dan memperkuat bagian -bagian kiling. Suh dapat diartikan sebagai pengikat perkawinan. selain itu suh dapat diartikan bahwa ikatan yang kuat dapat menjadikan sesuatu menjadi lebih kuat sehingga dapat selaras dan seimbang seperti kiling yang berputar. Panjeran adalah bagian dari kiling yang berfungsi untuk meletakkan daunkiling. panjeran biasanya dibuat dari bambu dan dipasang dipohon yang tingginya sekitar 20 meter diatas permukaan tanah.
Bagian Panjeran : 1. Manggar : mayang pohon kelapa, enai adalah bagian panjeran yang menjuntai, bentuknya seperti ekor kuda dan indah seperti mayang pohon kelapa. Manggar akan begerak sesuai arah angin. Manggar bersambung dengan kunciran. Manggar dapat diartikan bahwa seorang anak tidak boleh melanggar ucapan orang tua dan harus patuh terhadap perintah orang tua sepertihalnya manggar yang dikendalikan oleh angin. 2. Inger- inger : bagian yang terletak paling atas, beruj/ung lancip. inger-inger akan berputar searah dengan angin dan menentukan kearah mana kiling akan berputar. iinger -inger dapat diartikan sebagai manusia itu harus tuli-tulio kiwotengen, melihat ke kanan dan ke kiri. maksudnya dalah melihat mana yang baik dan salah. 3. Tumbak Sayang : bagia dari panjeran yang menopang bantalan yang berfungsi untuk meletakkan kiling. makna tumbak sayang adalah perkawinan yang harus dilandasi dengan kasih sayang. 4. Kinci : bagian panjeran yang terbuat dari baja atau besi yang nantinya akan dimasukkan kedaun kiling. Kinci harus kukuh dan kuat serta tidak mudah goyah. karena akan dipasangkan pada daun kiling. Demikian juga perkawinan, harus dilandasi cinta yang kuat, sehingga apabila perkawinan agak goyah masih dapat dipertaahankan. 5. Bantalan : bagian panjeran yang berfungsi untuk meletakkan dun kiling yang berbentuk patok yang menembus soko. maknanya meerkawianan harus disetujui oleh orang tua. karena orang tua sebagai patokan dalam perkawinan. 6. Angkepan Manggar : bagian dari panjeran yang menyerupai manggar, hanya saja bentuknya lebih pendek dan menyambung dengan manggar. maknanya dalam suatu perkawianan dibutuhkan seorang pembantu. maknaya lebih luas tidak hanya pembantu rumah tangga. tetapi juga dapat berfungsi untuk penyelesaian masalah dan pekerjaan dalam rumah tangga. karena dalam rumah tangga tidak dapat hidup sendiri. 7. Soko : bagian panjeran yang menyokong semua bagian panjeran termasuk juga daun kiling. soko terbuat dari dari 3 bambu yang diikat menjadi satu dan diletakkan dipohon yang tertinggi -+ 20 meter dari permukaan tanah untuk mendapatkan angin yang kencang. maknanya adalah orang dalm berumah tangga harus memiliki hati yang luru dan niat yang bener, jejeg, ngadep nyang pengeran ( lurus mengahadap kepada sang illahi). 8. Jambrakan : bagian panjeran yang terbentuk seperti rambut yang tertarik yang diletakkan sepanjang inger-inger dan ujung tumbak sayang serta diujung bantalan. terbuat dari doni atau daun rotan. pada jaman dahulu jambrakan dibuat dari rambut asli yang diambil dari rambut penjajah atau mereka yang penghianat. Makna jambrakan adalah suami istri tidak boleh bertengkar ( biasanya dengan mearik rambut) dimuk umum sehingga semua tetangga mengetahunya. sepertihalnya jambrakan yang mudah terlihat dari kejauhan. 9. Kunciran : bulu / rambut bagian belakang kepala yang terbentuk seperti kuncir yang dapat mengingatkan buyut cungking yang menciptakan kiling. yang mempunyai kebiasaan menguncir rambutnya. 10. buntutan : bagian dari kunciran yang menjutai ke bawah bentuknya seperti ekor layang-layang. makna perkawinan akan mendapatkan cobaan dan ujian. sehingga perlu kekuatan yang terdapat pada keluesan saat menghadapi masalah seperti buntutan. 11. Prentulan : bagian panjeran yang terbentuk blatan yang terbuat dari doni dan diletakkan pada buntutan. maknanya perhiasan perkawinan adalah kelahiran seorang anak untuk menambah kebahagiaan. 12. Kerekan : bagian dari panjeran yang berfungsi untuk menarik daun kiling. dalam pemasangan daun kiling masyarakat osing naik ke atas panjeran dengan menarik daun kiling menggunakan kerekan. artinya suami istri harus saling membantu utuk mewujudkan rumah tangga yang bahagia.Deskripsi Teknis
Bahan : 1. Bambu 2. Rotan 3. Daun Rotan 4. Kayu 5. Besi 6. Doni Alat : 1. pisau 2. gergaji 3. kintel