Ahad, 20 Maret 2022

Red : Moh Edy Saputro

Foto : Daya Warga Kemiren/Gensvana Fikri
Mbah Siami, satu-satunya pengrajin tenun yang masih melestarikan wastra tenun sakral masyarakat Using di ujung timur Jawa. Dusun Delik I RT 01 RW 03 Desa Jambesari Kecamatan Giri menjadi tempat dimana mbah Siami membuat tenun Blambangan. Tenun Blambangan menjadi salah satu wastra yang tergolong sakral bagi masyarakat Using di Desa Kemiren. Wastra sepuh warisan Kerajaan Blambangan ini sebagai living heritage produk budaya orisinil masyarakat Using. Tenun yang disebut juga “jarit” menjadi salah satu syarat atau ampil-ampil di dalam ritual/tradisi/upacara adat tertentu.
Foto : Daya Warga Kemiren/Gensvana Fikri
Tenun Blambangan memiliki 3 jenis motif yakni Tenun Solok, Tenun Gedog dan Tenun Kluwung. Tenun Gedog memiliki satu warna dasar dengan motif garis. Tenun Solok berwarna Putih dengan motif titik, segitiga, segi empat, garis dan segi enam. Tenun Kluwung berwarna putih dan merah terbagi menjadi 4 bidang dalam satu “jarit” / tenun serta memiliki motif garis.
Pembuatan Tenun Blambangan menggunakan Alat Tenun Gedog yang masih dilakukan secara manual oleh Mbah Siami sebagai penenun satu-satunya di masyarakat Using Banyuwangi. Proses dimulai dari pemintalan kapas menjadi benang atau disebut “nganti” kemudian nyikati, ngeliring, mani, dan nenun serta proses akhir mencuci kain tenun menggunakan nasi.
Foto : Daya Warga Kemiren/Gensvana Fikri
Tenun Blambangan sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat Using desa Kemiren Kecamatan Glagah sebagai bagian dari ritus kebudayaan. Kain tenun memaknai daur hidup masyarakat Using khususnya di Desa Kemiren, dari manusia dilahirkan-bayi kain tenun digunkan untuk menyambut kelahiran bayi di tanah Blambangan (papag/gendong), dewasa-menikah (ageman/ampil-ampil) kain tenun digunakan untuk menggendong syarat seperti dandang dan punjen ketika prosesi arak-arakan / pawai dalam acara pernikahan, hingga tua-surud/ meninggal (gendong nisan/ampil-katil) kain tenun digunakan untuk menggendong batu nisan masyarakat Using menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Kain tenun inilah yang menjadi saksi kisah hidup masyarakat Using di Desa Kemiren sampai diwariskan kepada generasi berikutnya.
Foto : Daya Warga Kemiren/Moh Edy Saputro
Foto : Daya Warga Kemiren/Moh Edy Saputro
Foto : Daya Warga Kemiren/Moh Edy Saputro
Tenun Blambangan mengalami permasalahan yang cukup serius, tidak hanya karena kesulitan bahan baku yang dulunya menggunakan benang hasil pemintalan kapas, Mbah Siami juga kesulitan mencari benang yang digunakan untuk bahan menenun saat ini, serta tidak adanya generasi penerus selanjutnya untuk melestarikan budaya wastra yang sakral menurut masyarakat Using di ujung timur Jawa adalah permasalahan yang perlu diatasi oleh banyak pihak khususnya oleh masyarakat Banyuwangi.

“Kadung Isun Wis Kesirep, Kiro-kiro Sopo Kang Arepe Nerusaken Tenun Iki?” ( Jika Saya Sudah Tutup Usia, Siapakah Yang Akan Melanjutkan Tenun Ini? )

https://www.instagram.com/mdw_kemiren/